Friday, March 02, 2007

Siri Puisi Dulu-dulu I

Gambar dari sebuah blog multiply fotografer Indonesia (Ijal).

Bermain dengan Kenangan

Aku ingin bercerita tentang hari-hari lalu
pada angin, yang dapat kulontar
kau pasti tidak dapat mendengar
masih, amat masih kuhafali cerita kita
jarimu runcing mengelus kelopak
sambil aku memainkan gendang kebahagiaan
lewat petang di bawah pohon
kau tersenyum,
pohon itu kita namakan pohon pengertian.

Mana ada lagi kisah seperti kita
hujan telah lama memadamkan
langsung menjatuhkan hukum
cubaan demi dugaan kita gagahkan
namun terkulai jua, kau pun menjauh
aku berlari, lari dari kehampaan itu.

Aku kembali di pohon ini, kini
tanpa gendang, cuma irama alam
pohon meranggas, dedaun gugur
kita telah dituakan dek pengalaman
bekas-bekas peperangan masih kelihatan
hatiku pedih menyusup.

Benar, peperangan menghancurkan janji
perjuangan menuntut pengorbanan ini
sengsara yang datang tanpa disangka
aku tidak pernah merasakan salah langkah
mungkin, kemungkinan dicipta menebat luka
ketika dulu darah muda cepat menyampah
pantang yang tidak kena, membuak marah.

Pohon pengertian semakin uzur,
seuzur kenangan kita
pada ketika memikirkan hayat
dan teringatkan dirimu yang jauh
aku membacakan Al-Fatihah
biar, biarlah segalanya dibawa masa
cerita ini mungkin dapat dimengerti
oleh mereka yang mahu memahami
atau sia-sia, setelah aku juga tiada.

ARIFF MOHAMAD

1 comment:

Anonymous said...

Begitu puitis anda melontarkan bait-bait puisi. Ya, bermain dengan kenangan membuatkan kita sebak,resah gulana kerana hari lalu telah tersurat seadanya.

P/S: Teringat masa dulu, bermain anak-anak ikan di tali air yang kini telah tiada.